• Emas168
  • Emas168
  • Emas168
  • Emas168
  • Emas168
  • Emas168
  • Emas168
  • Emas168
  • Emas168
  • Emas168
  • Emas168
  • Emas168
  • Emas168
  • Feb
    07
    2018
    0

    Tukang Bangunan

    Ada seorang tukang bangunan yang telah bertahun-tahun bekerja ikut pemborong. Ia pun bermaksud mengajukan pensiun karena ingin memiliki banyak waktu untuk keluarganya. Si pemborong berkata, “Saya setujui permohonan pensiun Anda dengan syarat Anda bangun dahulu satu rumah terakhir sebelum Anda pensiun.” Si tukang bangunan segera membangunnya. Karena kejar tayang, ia pun mengerjakannya asal-asalan dan asal jadi.
    Selesai sudah bangunan terakhir yg ia buat. Ia serahkan kunci rumah kpda sang pemborong. Sang Pemborong pun tersenyum dan berkata, “Rumah ini adlh hadiah untukmu, krn telah lama bekerja bersamaku.” Maka terkejutlah tukang bangunan itu, dan ada rasa sesal kenapa rumah yg akhirnya hendak ia tempati itu dikerjakannya scr asal2an.

    Faedah:
    Ibadah yg kita kerjakan di dunia ini, tak lain adlh ‘rumah’ yg sedang kita bangun untuk kita tempati nanti setelah pensiun dari kehidupan dunia. Jangan sampai kelak kita menyesal krn kita menempati rumah buruk yg kita bangun asal2an, …

    Written by erwin_f in: Tsaqofah Islamiyah |
    Feb
    05
    2018
    0

    FENOMENA DI PENGADILAN SAUDI …

    Di salah 1 pengadilan Qasim, berdiri Hizan al Fuhaidi dgn air mata yg bercucuran shg membasahi janggutnya. Knp? Krn ia kalah terhadap perseteruannya dgn saudara kandungnya.
    Tentang apakah perseteruannya dgn saudaranya? Ttng tanah kah? Atau warisan yg mereka saling perebutkan?
    Bkn krn itu semua. Ia kalah terhdp saudaranya terkait pemeliharaan ibunya yg sdh tua renta & bahkan hanya memakai sebuah cincin timah di jarinya yg tlh keriput. Seumur hidupnya, beliau tinggal dgn Hizan yg selama ini menjaganya. Tatkala beliau telah manula, datanglah adiknya yg tinggal di kota lain utk mengambil ibunya agar tinggal bersamanya dgn alasan fasilitas kesehatan, dll. di kota jauh lbh lengkap drpd di desa.
    Namun Hizan menolak dgn alasan, selama ini ia mampu utk menjaga ibunya. Perseteruan ini tdk berhenti sampai di sini, hingga berlanjut ke pengadilan. Sidang demi sidang dilalui hingga sang hakim pun meminta agar sang ibu dihadirkan di majelis. Kedua bersaudara ini membopong ibunya yg sdh tua renta yg beratnya sdh tdk sampai 40 kg.
    Sang Hakim bertanya kpdnya, “siapa yg lbh berhak tinggal bersamanya?” Sang ibu memahami pertanyaan sang hakim, ia pun mnjawab, sambil menunjuk ke Hizan, “Ini mata kananku” kemudian menunjuk ke adiknya sambil berkata, “Ini mata kiriku.”
    Sang Hakim brpikir sejenak kmudian memutuskan hak kpd adik Hizan, brdasar kemaslahatan2 bagi si ibu.

    Betapa mulia air mata yg dikucurkan oleh Hizan …
    Air mata penyesalan krn tdk bisa memelihara ibunya tatkala beliau tlh menginjak usia lanjutnya …
    Dan …, betapa trhormat dan agungnya sang ibu yg diperebutkan oleh anak2nya hingga seperti ini …
    Andaikata kita bisa memahami, bagaimana sang ibu mendidik kedua putranya hingga ia mnjdi ratu dan mutiara termahal bagi anak2nya …

    Sebuah pelajaran mahal ttng berbakti tatkala durhaka sdh mnjadi budaya …
    Ya Rabb, anugerahkan kpd kami ridha ibu kami dan berilah kami kekuatan agar selalu bisa berbakti kepadanya, Aamiiiin …

    Written by erwin_f in: Tsaqofah Islamiyah |

    Powered by WordPress. Theme: TheBuckmaker

  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO